Rabu, 28 Februari 2018
Sempat Unggul Dua Kali, Timnas U-22 Harus Puas Imbang Lawan Malaysia
Sempat Unggul Dua Kali, Timnas U-22 Harus Puas Imbang Lawan Malaysia
Timnas Indonesia U-22 menghadapi Malaysia pada langgar kedua fase grup Piala AFF U-22 2019 di Stadion Nasional, Kamboja, Rabu (20/2). Timnas U-22 sempat unggula dua kali sebelum balasannya harus puas membuatkan angka dengan Malaysia U-22.
Tampil di lapangan sintetis kedua tim masih belum bisa menampilkan penampilan terbaik sepanjang adu. Kedua tim masih sulit untuk bisa bermain bola-bola pendek dan seringkali kehilangan bola dengan mudah.
Pada babak kedua, Timnas Indonesia U-22 berhasil unggul lebih dulu lewat gol yang dicetak Marinus Wanewar pada menit ke-53. Memanfaatkan umpan dari Osvaldo Haay, Marinus berhasil menyarangkan bola meski sempat ditepis oleh kiper Malaysia.
Sembilan menit berselang, Malaysia berhasil menyamakan kedudukan lewat tembakan bebas yang dicetak oleh Nik Akif. Sepakan yang mampu menembus pagar betis Timnas Indonesia U-22 berhasil bersarang ke gawang Satria Tama dan membuat skor menjadi 1-1.
Witan Sulaeman berhasil mencetak gol indah untuk menciptakan Timnas U-22 kembali unggul atas Malaysia pada menit ke-77. Tembakan keras Witan dari luar kotak penalti berhasil bersarang ke gawang Malaysia untuk membuat Timnas U-22 kembali unggul.
Jelang sabung usai, Malaysia terus melakukan tekanan dan pada menit ke-86 berhasil mencetak gol penyeimbang lewat Hadi Fayyadh. Pemain yang tampil di klub Jepang tersebut sukses menanduk bola untuk membuat skor kembali imbang 2-2.
Hasil 2-2 bertahan hingga berkelahi usai dan kedua tim harus puas menyebarkan poin. Timnas U-22 sekarang mengoleksi dua poin hasil dari dua kali imbang, sedangkan Malaysia gres mengoleksi satu poin sesudah takluk dari Kamboja di sabung pertama.
Pada tabrak terakhir Timnas U-22 akan menghadapi Kamboja sedangkan Malaysia akan melawan Myanmar. Kedua langgar tersebut akan digelar pada Jumat (22/2).
sumber : bolalob.com
Sabtu, 24 Februari 2018
Marinus Wanewar, Bintang ’Genting’ Timnas U-22 Indonesia Di Kamboja
Marinus Wanewar, Bintang ’Genting’ Timnas U-22 Indonesia di Kamboja
BOLASPORT.COM – Timnas U-22 Indonesia lolos dari lubang jarum dan menuju semifinal Piala AFF U-22 2019 dengan kebintangan striker Marinus Wanewar di Kamboja.
Ya, dua gol timnas U-22 Indonesia ke gawang tuan rumah Kamboja via Marinus Wanewar menciptakan skuat Garuda Muda menertuskan usaha di Piala AFF U-22 2019.
Pada Jumat (22/2/2019) malam, Stadion Nasional Olimpiade di Phnom Pehn jadi saksi bisu kesuksesan Indonesia menang 2-0 atas timnas U-22 Kamboja.
Namun dari kemenangan penting di partai pamungkas Grup B ini, timnas U-22 Indonesia layak menunjukkan acungan jempol untuk Marinus Wanewar.
Pemuda kelahiran Sarmi, Jayapura, Papua ini bisa membayar iman instruktur Indra Sjafri.
Marinus tak jadi starter ketika Indonesia ditahan Myanmar dengan skor 1-1 pada tabrak pertama, 18 Februari 2019.
Namun pada sabung kedua Rabu (20/2/2019), Marinus dimainkan sebagai striker utama timnas U-22 Indonesia dengan mengganti peran Dimas Drajad.
Pada adu ini, Marinus pun mampu menawarkan kelasnya sebagai pemain depan haus gol.
Dia menciptakan gol pembuka berkelahi ini pada menit ke-53 setelah babak pertama tamat tanpa gol.
Sayang, Indonesia yang dua kali unggul gagal menang dan ditahan timnas U-22 Malaysia dengan skor 2-2.
Partai pamungkas Grup B pun jadi sabung penentu dan pilihan Indonesia untuk lolos hanya menang.
Marinus pun kembali jadi andalan Indra Sjafri di depan dan kali ini dia disokong dari sisi kanan serta kiri oleh Witan Sulaeman plus Osvaldo Haay.
Pada pertandingan ini, Marinus tentu mendapat peran sekalis beban berat sebagai bomber.
Namun alhasil Marinus menjadi hero dalam situasi genging skuat Garuda Muda dengan dua golnya pada menit ke-20 dan 84’.
Menilik catatan Marinus sebelum kembali dipanggil ke timnas U-22 Indonesia asuhan Indra Sjafri, dia mangkir lama dari jersey merah putih.
Terakhir, Marinus main di SEA Games 2017 Kuala Lumpur untuk timnas U-22 Indonesia asuhan Luis Milla.
Namun pada pesta olahraga se-Asia Tenggara itu, Marinus dianggap kurang elok.
Salah satunya, peristiwa keributan dikala Indonesia bersua Kamboja pada sabung pamungkas fase grup di Stadion Shah Alam, Selangor, 24 Agustus 2017.
Marinus dinilai instruktur Kamboja dikala itu, Leonardo Vitorino menawarkan gesture tak senonoh ke anak asuhnya.
Hal itu diakui instruktur asal Brasil yang memancing keributan.
Klaim Leonardo pun membuat Marinus banyak dikecam ketika itu, walau tak sedikit yang membela pemain yang mulai membela Persipura per 2016 ini.
Kini, Marinus semakin matang dan sepertinya peran pelatih timnas Indonesia sekarang, Simon McMenemy cukup signifikan.
Sebab, cowok 21 tahun ini pada 2018 gabung Bhayangkara FC di bawah asuhan Simon dengan status pemain tunjangan dari Persipura.
Simon memang dikenal pelatih yang bisa membangkitkan performa pemain, tak hanya Marinus, Zulfiandi dan Alfin Tuasalamony selepas membela Bhayangkara FC juga kembali anggun penampilannya.
sumber : bolasport.com
Rabu, 21 Februari 2018
David Villa Setuju Ke Spurs
Barcelona dan Hotspurs tinggal menyepakati transfer fee untuk memboyong pemain 31 tahun itu ke White Hart Lane.
Pelatih Spurs, Andre Villas-Boas sudah berbicara secara pribadi dengan Villa yang sedang membela Spanyol pada turnamen Piala
Konfederasi di Brasil. Direktur Teknik Spurs, Franco Baldini juga sudah berdiskusi dengan perwakilan Villa.
Para petinggi Barcelona dan Spurs saat ini dalam proses perundingan untuk mengunci akad itu. Spurs berharap Barca bersedia menurunkan transfer fee atas pemain yang masih menyisakan kontrak satu musim di Camp Nou itu.
Klub dari London itu sudah menyiapkan dana 8 juta pound dari 12 juta pound yang dipatok Barca untuk menerima pencetak gol terbanyak untuk Timnas Spanyol itu.
Villa juga sudah oke gajinya menjadi di Spurs bakal lebih rendah daripada yang diterima di Barca. Spurs hanya akan membayar Villa 100.000 pound per pekan, lebih rendah 40.000 pound.
Transfer Villa ke Spurs akan menjadi pembelian ketiga terbesar yang dilakukan Villas-Boas pada bursa transfer ini.
Minggu, 18 Februari 2018
Legenda Timnas Indonesia: Bila Timnas Menang, Pssi Tidak Dapat Duit
Legenda Timnas Indonesia: Kalau Timnas Menang, PSSI Tidak Dapat Duit
Timnas Indonesia sedang dalam periode-abad terkelam di tahun ini. Skuat Garuda catatkan kegagalan terburuk di ajang sepak bola paling bergengsi se Asean, Piala AFF 2018.
Sejatinya Timnas Indonesia sudah pernah gagal lolos dari fase penyisihan. Namun, untuk edisi kali ini, Timnas Indonesia catatkan pencapaian paling jelek sebab gagal lolos disaat masih menyisakan satu berkelahi lagi.
PSSI sebagai federasi sepak bola Indonesia pun dipertanyakan integritasnya. Pecinta sepak bola tanah air menilai penunjukkan Bima Sakti secara mendadak menjadi salah satu alasan terhadap performa dari Timnas Indonesia sendiri.
Legenda Timnas Indonesia, Rochy Putiray menawarkan pandangan soal Timnas Indonesia yang selalu gagal di kompetisi yang bekerjsama. Dalam akun Youtube, Asumsi, Rochy Putiray blak-blakan mengenai apa yang terjadi pada Timnas Indonesia.
Eks pemain Persija tersebut, mengungkapkan bahwa Luis Milla itu orangnya tidak bisa diatur oleh siapapun. Dirinya menjelaskan, bila Luis Milla tidak mampu ditekan, maka itu akan menjadi sesuatu yang konkret bagi Evan Dimas dan mitra-mitra.
"Artinya Timnas Indonesia kita bisa menang. Kalau menang, orang federasi tidak mampu duit. Kalau taruhan kan harus kalah bukan harus menang," ungkapnya mirip dilansir indosport.com (04/12).
Ungkapan dari Rochy memang belum tentu benar, setidaknya diperlukan sebuah pemeriksaan akan hal tersebut.
Tapi bila memang apa yang telah diungkapkan Rochy itu benar, sampai kapanpun Timnas Indonesia tidak akan pernah juara.
baca sumber
Kamis, 15 Februari 2018
Kepa Arrizabalaga Just Defied Maurizio Sarri...And It Didn't End Well For Chelsea
Manchester City won the Carabao Cup in a penalty shootout at Wembley after Chelsea goalkeeper Kepa Arrizabalaga defied manager Maurizio Sarri's attempt to substitute him.
City claimed the first major trophy as they chase a historic quadruple but this stale selesai, which was goalless after extra time, will be remembered for an almost unprecedented challenge to Sarri's authority by Kepa.
The £71m Spanish keeper, Chelsea's club record signing, had been struggling with cramp in the closing stages of extra time and Sarri decided to send on substitute Willy Caballero, who saved three penalties in a shootout to help Manchester City win this trophy against Liverpool in 2016.
Kepa refused to come off and Sarri backed down in a rage - before City won the shootout, with Raheem Sterling scoring the decisive penalty.
Ilkay Gundogan, Sergio Aguero and Bernardo Silva scored from the spot for City and even though Kepa saved from Leroy Sane it was to no avail.
Jorginho's spot-kick was saved by Ederson and David Luiz hit the post as Chelsea were sunk, despite Cesar Azplicueta, Emerson and Eden Hazard converting their penalties.
How can Sarri survive?
The scenes inside Chelsea's dressing room hardly bear thinking about after the chaos of those closing moments at Wembley.
Kepa's point-blank refusal to be replaced by Caballero led to furious exchanges between Sarri and his technical staff, with the Italian manager looking at one stage as if he would storm away and leave his Chelsea players to it for the conclusion.
He eventually returned but blazing with fury. Antonio Rudiger then restrained Sarri as he appeared set on confronting Kepa after his one-man rebellion.
Of course, the goalkeeper was seriously at fault, showing his manager a complete lack of respect in ignoring his demands.
What, however, does this say about Sarri's authority and rule at Stamford Bridge that he backed down instead of demanding the goalkeeper obey his demands?
The sad aspect was that this was a tactically sound and spirited Chelsea display, in sharp contrast to the 6-0 mauling at Manchester City on 10 February.
Chelsea grew into the game and consider themselves unfortunate to lose in this manner - but the ramifications of those closing moments will reverberate around Stamford Bridge and could have very serious consequences for both Sarri and his goalkeeper.
Man City win ugly
City claimed the first of the four trophies on their jadwal without being at their silky, creative best.
Pep Guardiola's side were stifled by Sarri's astute game plan but stuck at it and did the job on penalties, they only way they could break Chelsea's resistance.
The win may come at a price, with Fernandinho injured, but the top sides can find a way to prevail when not at their peak and this was City delivering a prime example.
Bernardo Silva kept City ticking over throughout and while a City quadruple is still a distant prospect, they have hit their first sasaran.
This was a simpulan that will always be recalled for what happened in the other camp but City were not concerned about that as they celebrated wildly on the Wembley turf.
source : bbc.com
Senin, 12 Februari 2018
Thiago Alcantara Berjersey Man. United
Menurut informasi yang dikutip Daily Mail, foto tersebut dimuat pertama kali oleh sebuah situs bernama Republik of Mancunia. Sayang, tidak disebutkan di mana foto tersebut ditemukan. Dalam gambar itu, tampak Thiago bersama dua rekannya duduk bersama.
Akan tetapi, gambar yang ada pada foto tersebut yakni dikala Thiago masih berusia kanak-kanak, sekitar delapan tahun. Di mana jersey Man. United yang dikenakan ialah jersey animo 1998/99, yang pada ketika itu The Red Devils sedang dalam era emas meraih treble winner.
Selasa, 06 Februari 2018
Kedatangan Diego Maradona Ditunda Ke 29 Juni
"Rencana Event Diego Maradona ternyata dalam pelaksanaannya tidak cukup waktu bagi panitia untuk mempersiapkan kedatangan sang legenda yang tersisa dua hari. Agenda Diego Maradona yang direncanakan di 4 kota : Jakarta, Medan, Surabaya, dan Makasar setidaknya membutuhkan waktu yang cukup, minimal 7 s/d 10 hari. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka Basri mengajukan jadwal ulang kunjungannya kepada administrasi Diego Maradona , supaya persiapan panitia maksimal," demikian siaran pers dari Basri.
Basri telah mengontak kubu Maradona dan pada Sabtu (15/6) malam pukul 23.00 menerima konfirmasi dari legenda sepak bola asal Argentina tersebut. Diego Maradona akan meninggalkan negaranya untuk bertolak ke Jakarta pada 27 Juni. Bintang Argentina ketika menjuarai Piala Dunia 1986 itu rencananya akan tiba di Jakarta pada pukul 7 pagi tanggal 29 Juni.
Selama berada di Indonesia Basri mengangendakan Maradona untuk melakoni klinik kepelatihan, seminar sepak bola, dan program makan malam di empat kota: Jakarta, Medan, Surabaya, dan Makassar.
Sabtu, 03 Februari 2018
Highlight Brasil Vs Spanyol Piala Konfederasi
Laga berlangsung dua menit Brasil unggul atas Spanyol melalui gol yang dicetak Fred. Umpan silang dari sayap kiri pertahanan Brasil tampaknya dimaksudkan untuk ke arah Neymar. Lalu terjadi kemelut di depan gawang Iker Casillas. Fred yang terjatuh lalu menendang bola melewati Casillas. Brasil 1-0 Spanyol.
Pada menit ke-20 Spanyol mempunyai peluang untuk mencetak gol. Andres Iniesta yang tidak terjaga melepaskan tendangan dari jarak jauh. Namun, bola hasil sepakan kerasnya masih bisa ditepis kiper Julio Cesar dan hanya menghasilkan tendangan penjuru.
Kesempatan emas kembali diperoleh Spanyol pada menit ke-41. Pedro sudah berhadapan dengan kiper Julio Cesar dan bola sudah melewati penjaga gawang Queens Park Ranger itu tetapi bek David Luiz menghalau bola dengan kaki kanannya.
Brasil justru dapat menambah jumlah gol pada menit ke-44 melalui tendangan keras Neymar. Oscar menguasai bola dan dengan cermat dia menunggu Neymar untuk mundur. Hal ini karena Neymar sebelumnya berada dalam posisi offside. Setelah sudah yang dibutuhkan gres Oscar melepaskan umpan. Neymar lalu menggiring bola dan menyepaknya dengan keras. Casillas tidak mampu membendungnya dan Brasil unggul 2-0 atas Spanyol. Hasil tersebut bertahan sampai babak pertama berakhir.
Babak kedua bergulir dua menit, Fred kembali menggetarkan jala gawang Casillas. Hulk yang memberi umpan kepada Neymar kemudian tidak diambil oleh striker Barcelona itu. Fred yang berlari bebas masuk ke dalam kotak penalti dan menaklukkan Casillas. Brasil 3-0 Spanyol.
Spanyol lagi diberikan peluang emas. Kali ini melalui titik penalti sehabis Jesus Navas, yang menggantikan Juan Mata, dijatuhkan Marcelo. Sergio Ramos yang menjadi eksekutor gagal menciptakan gol sehabis bola hasil sepakannya melebar tipis.
Spanyol justru menerima tragedi pada menit ke-68. Neymar yang berlari ke arah kotak penalti dalam situasi serangan balik ditekel oleh Gerard Pique. Tanpa ampun wasit eksklusif mengganjar Pique dengan kartu merah. Brasil unggul jumlah pemain dari Spanyol.
Hingga laga berakhir skor masih sama 3-0 untuk kemenangan Brasil atas Spanyol. Hasil tersebut berarti A Selecao mencetak hattrick dalam ajang Piala Konfederasi. Dua penyelenggaraan sebelumnya, 2009 (Afrika Selatan) dan 2005 (Jerman), Brasil juga menjadi juara.
******
Susunan pemain:
Brasil: Julio Cesar; Marcelo, David Luiz, Thiago Silva, Dani Alves; Luiz Gustavo, Oscar, Paulinho (Hernanes 88'); Neymar, Fred (Jo 79'), Hulk (Jadson 72')
Spanyol: Casillas; Jordi Alba, Pique, Sergio Ramos, Arbeloa (Azpilicueta 46'); Busquets; Pedro, Xavi, Iniesta, Mata (Navas 52'); Torres (Villa 59')
Sumber
Lihat Streamingnya dibawah: